Senin, 09 Maret 2009

Tentang Rupiah dan Duit


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO


Sering kali orang bertanya, mengapa mata uang negara kita disebut rupiah? Sayangnya, pertanyaan itu masih sulit dijawab secara pasti (ilmiah). Sejak lama banyak orang menafsirkannya secara hipotesis berdasarkan hal yang mereka tahu, baca, dan dengar saja. Mencari di internet pun relatif sukar. Belum ada nara sumber yang mampu menguraikannya secara panjang lebar.

Sejumlah sumber hanya mengatakan, nama rupiah pertama kali digunakan secara resmi ketika dikeluarkannya mata uang rupiah pada zaman pendudukan Jepang (1943). Jadi sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat penuh. Ketika itu Dai Nippon Teikoku Seihu mengedarkan lima jenis pecahan, yakni pecahan setengah roepiah, satoe roepiah, lima roepiah, sepoeloeh roepiah, dan seratoes roepiah. Sebelumnya di daerah yang disebut Indonesia sekarang, orang menggunakan Gulden Belanda.

Namun, menurut seorang penulis di internet, nama rupiah sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Alasannya, dia memiliki uang setengah sen tahun 1860. Di situ tertulis, “Saporo rong-atus rupiyah” (seperduaratus rupiah). Kalau seperseratus rupiah adalah satu sen, maka seperduaratus rupiah adalah setengah sen. Teori ybs tentu saja masuk akal.

Diperkirakan nama rupiah berasal dari nama mata uang India, rupee. Hubungan India dengan Indonesia memang sudah terjalin erat sejak abad V. Bisa dikatakan sejarah kuno Indonesia yang bercirikan Hinduisme dan Buddhisme sangat dipengaruhi oleh kebudayaan India. Karena itu tidak heran kalau kita banyak mengadopsi hal-hal berbau India, termasuk bahasa Sansekerta.

Tafsiran lain mengatakan rupiah berasal dari bahasa Sansekerta ru-pya yang berarti perak, khususnya perak yang ditempa atau dicetak. Ada pula yang menduga, kata rupiah berasal dari dialek daerah tertentu. Yang ekstrem berpendapat, rupiah berasal dari nama teman perempuan Presiden Soekarno.

Seperti halnya dollar dan peso yang dipakai di banyak negara, nama rupee dengan modifikasinya juga digunakan di sejumlah negara yang dipengaruhi kebudayaan India itu. Selain di India sendiri, rupee adalah nama mata uang di Pakistan, Srilanka, dan Nepal. Bunyi yang mirip terdapat di Maladewa (rufiyaa), Seychelles (roupi), dan Mauritius (roupie).


Duit

Sebenarnya, banyak orang awam sudah mafhum kalau duit identik dengan uang. Namun umumnya kata uang dihubungkan dengan bahasa Indonesia, sementara duit cenderung ke dialek Jakarta (Betawi). Sesungguhnya, duit berasal dari kata Doit, yakni sebutan bagi uang receh kuno Eropa dari abad XIV. Pada awalnya, Doit terbuat dari bahan perak dengan nilai tukar setara dengan 1/8 Stuiver. Pada abad XIV itu 1 Gulden = 20 Stuiver. Jadi 1 Gulden = 160 Doit.

Ketika itu Doit menjadi satuan mata uang terkecil di Belanda, seperti halnya Penny di Inggris. Sejak 1573 Doit tidak lagi terbuat dari perak. Karena bahan itu dianggap mahal, bahannya diganti tembaga yang lebih murah.

Doit masuk ke Kepulauan Nusantara sejak 1726. Semula Doit harus didatangkan dari Belanda. Tetapi mengingat pengiriman dengan kapal sering mengalami hambatan, misalnya waktu perjalanan lama dan gangguan bencana alam, sementara di pihak lain kebutuhan akan uang kecil terus meningkat, maka pemerintah Belanda mengizinkan VOC untuk menempanya sendiri di Batavia dan Surabaya.

Doit yang dibuat di Nusantara terdiri atas dua jenis. Pertama, berbahan tembaga dengan ciri-ciri berbentuk bundar, berwarna coklat, bertulisan JAVA, dan dilengkapi angka tahun pembuatan. Kedua, berbahan timah dengan ciri-ciri berbentuk bundar, ada inisial LN dan lambang VOC, ada tulisan Arab Melayu duyit, dan dilengkapi angka tahun pembuatan.

Umumnya Doit dikeluarkan untuk gaji pegawai. Kalau pegawai VOC lebih banyak menerima Gulden untuk jerih payahnya karena bergaji tinggi, maka pegawai bumiputera justru bergaji kecil. Sekadar gambaran, pada 1888 pendapatan per kapita orang Eropa sebesar 2.100 gulden dan orang asing lainnya 250 gulden. Sementara pendapatan bangsa bumiputera hanya 63 gulden atau 5,25 gulden per bulan. Karena terlalu sering menerima doit atau duyit alias uang recehan, maka istilah itu sangat akrab di telinga mereka. Lama-kelamaan istilah itu berubah menjadi duit, sesuai lidah bangsa Indonesia. Istilah itu terus dikenal sampai sekarang, tanpa ada perbedaan nilai besar atau kecil.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

♦ Kontak Saya ♦

Nama Anda :
Email Anda :
Subjek :
Pesan :
Masukkan kode ini :

.

Photobucket

.

Pyzam Glitter Text Maker