Ketika SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah) masih beredar, masyarakat pernah dihebohkan dengan uang kertas lama bergambar Presiden Soekarno pecahan Rp 1000 tahun 1964. Uang itu memiliki berbagai macam gambar fantasi yang katanya bernilai jutaan rupiah setiap lembarnya. Konon, di dalam uang tersebut terdapat “water mark” bergambar Soekarno dengan tepi-tepinya bergambar palu arit sehingga disebut-sebut sebagai “uang sakti”.
Kemudian muncul uang Brasil pecahan 5.000 dan 10.000 Cruzados. Pada 1989 pemerintah Brasil telah “menggunting” uang itu menjadi 5 dan 10 Cruzados. Oleh oknum-oknum tertentu uang-uang tersebut ditawarkan kepada masyarakat awam dengan nilai tukar 1:1 bahkan lebih. Konon, penukarannya bisa melalui bank pemerintah. Sampai kini transaksi demikian, karena ketidaktahuan masyarakat saja, masih sesekali terjadi. Memang uang Brasil itu asli, namun tidak laku dijual atau memiliki kurs yang jauh lebih kecil daripada rupiah.
Penipuan dengan uang Brasil tercatat kerap terjadi. Sering dengan bujuk rayu yang manis dikatakan nilai uang Brasil itu setara dengan nilai dollar AS. Untuk itu masyarakat perlu waspada, apalagi di zaman yang serba susah ini.
Selain itu pernah heboh koin perak bergambar Raja Willem tahun 1818 pecahan 2,5 Gulden palsu. Koin itu biasanya berukuran lebih besar dari aslinya dengan bahan tembaga atau kuningan yang disepuh perak. Pernah juga terjadi koin rekayasa Diponegoro yang ornamen belakangnya disulap menjadi gambar-gambar burung dan keris dengan macam-macam fantasi serta uang kertas bergambar Presiden Soekarno bertahun 1954.
Masih ada kasus lain, yakni penyalahgunaan uang lembaran 1 juta dollar AS dan Kanada. Bayangkan besarnya! Uang demikian disebut uang fantasi atau “dream money”. Bukan uang sungguhan, hanya “main-main” untuk keperluan kolektor. Jadi tidak bisa dipakai sebagai alat transaksi.
Metode meneliti uang daerah
Biasanya bahan dasar uang darurat sangat rapuh dan layu. Lalu bagaimana meneliti uang darurat yang kondisi kertasnya masih kokoh?
Cara pertama, meraba permukaan kertas dan membandingkannya dengan uang darurat yang bahan dan kondisi kertasnya serupa.
Cara kedua, melihat dengan bantuan kaca pembesar untuk segi mutu cetakan, struktur kertas, dan kekasatan hasil cetaknya.
Mudah-mudahan info klasifikasi mutu berikut bermanfaat bagi Anda:
Kertas tik lama, cetakan stensil, cap stempel tangan, tinta pekat tidak menyolok, nomor seri dengan numerator, kasat. Terdapat pada uang daerah Rantau Prapat, Labuhan Bilik, dan Membangmoeda.
Kertas pembungkus berwarna agak coklat, cetakan mesin handpress, stempel tangan, nomor seri cap dengan numerator, kasat, warna pekat dan tidak menyolok, angka nominal cap pada sisi atas kiri. Terdapat pada uang Bojonegoro.
Kertas buku tulis, cetakan tangan, warna pekat tidak menyolok, tinta darurat, nomor seri stempel dengan numerator, tidak luntur, ornamen tulis dan gambar tidak pudar. Terdapat pada Cek Palembang.
Sedapat mungkin kita harus meneliti secara cermat detilnya. Kalau perlu dicatat ukuran dan pola dari ornamen tulisan dan gambarnya, agar kita mendapat pegangan atau patokan yang kuat untuk memastikan apakah uang daerah yang baru kita jumpai itu asli atau tidak.
(Sofyan Sunaryo, Buletin PPKMU, Oktober 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar