Bagi kalangan numismatis, pemalsuan apapun bentuk dan rupanya, sangat dibenci dan ditentang habis. Namun hingga kini pemalsuan benda-benda numismatik tetap berlangsung, baik yang masih beredar maupun yang tidak beredar lagi. Khusus uang yang tidak beredar lagi, biasanya pemalsuan dilakukan terhadap uang-uang lama atau sangat kuno yang langka. Soalnya adalah benda-benda ini memiliki harga yang menggiurkan di pasaran. Para peminatnya antara lain kalangan wisatawan mancanegara.
Umumnya modus utama pemalsuan koin adalah mengganti tahun yang tertera menjadi lebih tua, misalnya dari 1897 menjadi 1697. Cairan kimia banyak digunakan untuk hal ini.
Sebenarnya, pemalsuan uang bukan hanya terjadi pada abad ke-20 saja. Pemalsuan uang sudah lama terjadi di berbagai belahan dunia dengan bermacam-macam motif. Jangan heran, sejak awal penerbitan uang kertas selalu diembel-embeli dengan sanksi hukuman penjara. Uang kertas Cina yang diterbitkan dalam masa kekuasaan Hung Wu (1368-1398) memuat ketentuan: Barang siapa memalsu atau mengedarkan uang palsu, dikenakan hukuman.
Uniknya, sepanjang sejarah peperangan dikenal pemalsuan “resmi”. Ini terjadi dalam Perang Dunia II. Ketika itu valuta Inggris dijatuhkan oleh uang kertas pound palsu. Penyebabnya adalah pemerintah Nazi mencetak uang kertas tiruan 5, 10, 20, 50, 100, 500, dan 1000 pound. Dari nominal sekitar 140 miliar pound uang palsu itu, pada akhir peperangan sebagian besar dibuang di teluk Toplitz.
Jauh sebelum kejadian di atas Napoleon mempunyai gagasan untuk memorakporandakan valuta negara-negara musuhnya dengan pemalsuan uang. Yang terkenal di kalangan kolektor adalah Wiener Stadtbancozettel dengan kertas berwarna hijau muda. Ploot cetaknya dibuat di sebuah percetakan di Paris.
Sementara pada waktu pendudukan kota Wina pada 1805, Napoleon memerintahkan pembuatan salinan di percetakan uang Wina. Namun kemudian Napoleon menikahi putri mahkota Marie-Luise sehingga rencana untuk merongrong keuangan Austria dapat dihindari.
Peristiwa lain mengenai pemalsuan uang kertas secara “resmi” terjadi pada Perang Dunia I di Ungarn (sekarang Hongaria). Kali ini gagasannya datang dari Jerman, yang mengipas para raja Windischgratz dengan persetujuan pemerintah Ungarn, buat memalsukan mata uang Franc Perancis. Tetapi rencana itu gagal karena uang pertama 1000 Franc kualitasnya sangat jelek sehingga menimbulkan kegemparan dalam masyarakat.
Pemalsuan uang bertujuan merusak perekonomian dan keuangan, juga untuk mendapatkan pengaruh politik yang lebih besar. Uni Soviet pada 1919 memalsukan uang kertas dari negara Baltik Lettland (Lithuania). Namun pemalsuannya bisa dengan mudah dikenal karena ditandai dengan kualitas yang menyolok.
Selain mata uang biasa, ada sejumlah mata uang dilengkapi stempel. Kali ini malah stempelnya yang dipalsukan. Contohnya adalah uang-uang kertas negara Osteuryk – Hongaria. Ketika pada 1919 monarki Austia – Hongaria dalam keadaan kritis, maka Hongaria, Rumania, Yugoslavia, dan Austria membubuhkan stempel pada uang kertas sirkulasi Cekoslowakia menggunakan suatu kertas tanda yang ditempelkan.
Mengingat uang monarki tersedia dalam jumlah yang cukup besar, maka negara masing-masing mengambil langkah pengawasan karena adanya penstempelan palsu. Akibatnya penstempelan palsu itu tidak bisa bertahan lama. Untuk menunjukkan bahwa telah menggunakan stempel palsu, maka pada tanda stempel yang tertera pada uang kertas diberi coret tanda silang.
(Sumber: Nitidihardjo, Berita PPKMU, Desember 1989)
Mohon maaf bapak,kira2 buku apa saja yang bisa dirujuk untuk sejarah pemalsuan uang? Saya membutuhkan untuk menyelesaikan tugas... terimakasih.
BalasHapus