Oleh: DJULIANTO SUSANTIO
Untuk berkoleksi kita dituntut memiliki berbagai pengetahuan. Yang paling utama adalah tentang kondisi koleksi dan harga pasaran. Hal ini dimaksudkan agar kita jangan sampai terpedaya oleh sebutan "uang kuno" sehingga harga yang ditawarkan para penjual "amat fantastis". Lihat saja iklan-iklan di media cetak dan internet. Saya kutipkan beberapa di antaranya:
"Dijual Selembar Uang Kuno Tahun 1968. Nach bagi anda yg punya hobby ngumpulin uang kuno mungkin tertarik dg uang Indonesia pd tahun 1968 Senilai Rp10 (Sepuluh Rupiah) ini. INI UANG ASLI bukan PALSU. Ne Gambarnya. Nach Kalo ada yg berminat HUB: blablabla@gmail.com (disensor oleh penulis). Uang ini sebelumnya saya miliki hanya 2 lembar, sekarang tinggal selembar dan ini YG terakhir. 1 lmbr sebelumnya telah terjual dg harga Rp.1.7 juta, pada salah seorang yg tidak mau di Expose yg tinggal di kawasan Jakarta Barat".
Iklan lainnya berbunyi demikian: "Jual uang kuno RI tahun 1945 (2 lembar); pecahan 5 sen & 1/2 Rupiah (@Rp. 4.000.000,-) koleksi sangat langka.
Tahun 1956 (1 lembar) pecahan 1 Rupiah (Rp. 1.000.000,-)
Tahun 1964 (1 lembar) pecahan 10 sen (Rp. 500.000,-)
Hanya untuk para kolektor sejati.
HUB: Numis Gelo
HP: 2009 2008 2007
email: edane@gmail.com (juga disensor oleh penulis)"
Bagi para numismatis tentu saja harga demikian dianggap tidak masuk akal. Apalagi kalau kita sudah mempunyai buku katalog(us). Mungkin tidak terbayangkan oleh si pemasang iklan, kalau harga-harga uang demikian paling-paling hanya Rp 20.000 selembar. Itu pun untuk kondisi yang paling bagus, yang di kalangan numismatis dikenal sebagai Unc (Uncirculated) atau prima.
Jelas, katalog memiliki fungsi besar karena di dalamnya mengandung berbagai informasi. Yang utama adalah harga pasaran (meskipun tidak mutlak) sebuah koleksi berdasarkan kondisi barang. Biasanya dalam katalog termuat tiga jenis kondisi barang, yakni prima (Unc), bagus (VF atau XF), dan lumayan (F atau G). Semakin bagus kondisinya, maka semakin mahal harganya.
Katalog juga memuat berbagai informasi lain tentang koleksi uang tersebut, seperti penandatangan uang itu, jenis-jenis pengamanan, gambar dan uraian di kedua sisi uang, ukuran uang, nama perusahaan pencetak, tanda air (water mark), dan nomor seri.
"Dijual Selembar Uang Kuno Tahun 1968. Nach bagi anda yg punya hobby ngumpulin uang kuno mungkin tertarik dg uang Indonesia pd tahun 1968 Senilai Rp10 (Sepuluh Rupiah) ini. INI UANG ASLI bukan PALSU. Ne Gambarnya. Nach Kalo ada yg berminat HUB: blablabla@gmail.com (disensor oleh penulis). Uang ini sebelumnya saya miliki hanya 2 lembar, sekarang tinggal selembar dan ini YG terakhir. 1 lmbr sebelumnya telah terjual dg harga Rp.1.7 juta, pada salah seorang yg tidak mau di Expose yg tinggal di kawasan Jakarta Barat".
Iklan lainnya berbunyi demikian: "Jual uang kuno RI tahun 1945 (2 lembar); pecahan 5 sen & 1/2 Rupiah (@Rp. 4.000.000,-) koleksi sangat langka.
Tahun 1956 (1 lembar) pecahan 1 Rupiah (Rp. 1.000.000,-)
Tahun 1964 (1 lembar) pecahan 10 sen (Rp. 500.000,-)
Hanya untuk para kolektor sejati.
HUB: Numis Gelo
HP: 2009 2008 2007
email: edane@gmail.com (juga disensor oleh penulis)"
Bagi para numismatis tentu saja harga demikian dianggap tidak masuk akal. Apalagi kalau kita sudah mempunyai buku katalog(us). Mungkin tidak terbayangkan oleh si pemasang iklan, kalau harga-harga uang demikian paling-paling hanya Rp 20.000 selembar. Itu pun untuk kondisi yang paling bagus, yang di kalangan numismatis dikenal sebagai Unc (Uncirculated) atau prima.
Jelas, katalog memiliki fungsi besar karena di dalamnya mengandung berbagai informasi. Yang utama adalah harga pasaran (meskipun tidak mutlak) sebuah koleksi berdasarkan kondisi barang. Biasanya dalam katalog termuat tiga jenis kondisi barang, yakni prima (Unc), bagus (VF atau XF), dan lumayan (F atau G). Semakin bagus kondisinya, maka semakin mahal harganya.
Katalog juga memuat berbagai informasi lain tentang koleksi uang tersebut, seperti penandatangan uang itu, jenis-jenis pengamanan, gambar dan uraian di kedua sisi uang, ukuran uang, nama perusahaan pencetak, tanda air (water mark), dan nomor seri.
Literatur tentang numismatik juga penting. Bahan bacaan ini amat mendukung kegiatan berkoleksi. Dari buku Sejarah Uang dan Penemuan Uang Kertas banyak tergambar hal-hal yang unik dan menarik. Berkat literatur itu kita menjadi tahu tentang sejarah penemuan uang, bahan-bahan uang, model-model uang zaman dulu, dsb. Buku panduan museum Artha Suaka boleh menjadi bahan pendukung lainnya. Sebagaimana diketahui, Artha Suaka merupakan museum uang milik Bank Indonesia.
Buletin internal organisasi merupakan literatur lain yang perlu dimiliki. Dulu pernah ada buletin PPKMU yang diterbitkan oleh Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang. Literatur yang ini boleh dibilang lebih spesifik daripada literatur umum. Umumnya penulis di media ini adalah para numismatis yang sudah berpengalaman. Dengan demikian berbagai informasi kenumismatikan di dalamnya, menjadi bahan masukan berharga untuk numismatis pemula.
Demikian juga dengan buletin ANIJ terbitan Asosiasi Numismatika Indonesia Jakarta. Banyak pengetahuan numismatik tersaji di media ini. Kita harapkan buletin ANIJ akan bertahan lama dan terbit secara periodik. Terus terang, menurut pengalaman saya sendiri, jarang ada penerbitan profesi yang mampu bertahan lama. Biasanya terbentur masalah dana dan ketiadaan artikel. Ditambah kesibukan pengurusnya karena penerbitan ini belum dikelola secara profesional melainkan atas dasar idealisme para hobiis sendiri.
Demikian juga dengan buletin ANIJ terbitan Asosiasi Numismatika Indonesia Jakarta. Banyak pengetahuan numismatik tersaji di media ini. Kita harapkan buletin ANIJ akan bertahan lama dan terbit secara periodik. Terus terang, menurut pengalaman saya sendiri, jarang ada penerbitan profesi yang mampu bertahan lama. Biasanya terbentur masalah dana dan ketiadaan artikel. Ditambah kesibukan pengurusnya karena penerbitan ini belum dikelola secara profesional melainkan atas dasar idealisme para hobiis sendiri.
Buku-buku bacaan yang lebih ilmiah juga amat diperlukan jika ingin memperdalam dunia numismatik. Sejarah penerbitan mata uang RI, misalnya, banyak dilukiskan oleh buku Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990.
Jika ingin memantapkan koleksi juga mesti membaca buku A Beginner's Guide to Coin Collecting. Sebenarnya banyak buku sejenis dari pengarang yang berbeda. Bukan hanya itu, ada pula buku panduan mengoleksi uang kertas. Memang di Indonesia buku-buku seperti ini masih langka, termasuk juga di toko-toko buku besar. Biasanya buku-buku panduan, katalogus numismatik, dan berbagai perlengkapan pendukung numismatik, cukup mudah ditemui di amazon.com. Tadinya amazon adalah toko buku online terbesar di dunia. Tapi kini amazon telah merambah berbagai bisnis, jaringannya pun sudah tersebar di banyak negara.
Maka dari itu numismatis yang baik harus mendukung dirinya dengan berbagai pengetahuan. Memang, pengetahuan tidak mudah didapatkan. Namun tidak ada salahnya kalau numismatis Indonesia terus belajar agar kekayaan kita tidak diboyongi ke mancanagera.***
Jika ingin memantapkan koleksi juga mesti membaca buku A Beginner's Guide to Coin Collecting. Sebenarnya banyak buku sejenis dari pengarang yang berbeda. Bukan hanya itu, ada pula buku panduan mengoleksi uang kertas. Memang di Indonesia buku-buku seperti ini masih langka, termasuk juga di toko-toko buku besar. Biasanya buku-buku panduan, katalogus numismatik, dan berbagai perlengkapan pendukung numismatik, cukup mudah ditemui di amazon.com. Tadinya amazon adalah toko buku online terbesar di dunia. Tapi kini amazon telah merambah berbagai bisnis, jaringannya pun sudah tersebar di banyak negara.
Maka dari itu numismatis yang baik harus mendukung dirinya dengan berbagai pengetahuan. Memang, pengetahuan tidak mudah didapatkan. Namun tidak ada salahnya kalau numismatis Indonesia terus belajar agar kekayaan kita tidak diboyongi ke mancanagera.***
pertamax..
BalasHapusbener jg yyy..lo ga didukung pengetahuan ttg numismatik, bisa2 koleksinya uang palsu smua..hehe..
muantabbbh infox cuyyy..
Kalau dibarengi dengan buku-buku referensi nya secara otomatis bisa memperkirakan harga pasaran sebuah uang kuno. Tapi terkadang si penjual juga ngawur kasih harga yang ngawur pula. Parahnya lagi kalau ada unsur pembodohannya, karena pembeli yang tidak tahu bisa saja tertipu...
BalasHapus