Selasa, 30 September 2008

Tip Merawat Uang Logam


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO

Merawat uang logam relatif lebih sukar daripada merawat uang kertas. Tanpa perawatan yang memadai, sebuah koleksi akan menjadi rusak dalam beberapa tahun. Sebaliknya, dengan memberikan perhatian, keadaan fisik koin akan lebih baik.

Bila logam bereaksi dengan oksigen atmosfer, akan membentuk oksida. Oksida ini menyebabkan kerusakan pada permukaan koin. Logam bisa juga bercampur dengan uap, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, asam encer, dan unsur-unsur pokok yang terdapat di atmosfer.

Proses pencetakan uang melibatkan banyak mesin berat dan tenaga manusia. Karena itu, sesampai di tangan kolektor, koin tersebut telah membawa bibit-bibit perusak kilauan uang. Pencegahannya adalah koin tersebut harus dicelupkan ke dalam bahan bakar yang biasanya digunakan sebagai pembuat korek api. Bahan ini akan melarutkan minyak dan lemak yang berasal dari pabrik berikut kotoran yang menempel.

Kesulitan-kesulitan yang sebenarnya timbul setelah perawatan awal ini karena untuk selanjutnya permukaan logam dipengaruhi oleh perubahan atmosfer. Pada dasarnya terdapat dua pilihan untuk melindungi koin. Pertama, melapisi logam untuk melindungi bagian luar koin dari atmosfer. Kedua, koin dihindarkan dari pengaruh zat-zat perusak yang terdapat di atmosfer.

Beberapa museum besar di Inggris menggunakan pernis untuk melapisi koin. Teknik dan cara ini dinilai baik. Lapisan pernis menimbulkan sinar tiruan pada koin.

Perusakan oleh atmosfer terhadap koin dapat diketahui dengan adanya uap air. Metode pencegahan yang paling tepat adalah meletakkan koleksi di dalam tempat kedap udara. Boleh juga memberi kristal-kristal biru silika gel.

Bila silika gel sudah dipenuhi uap air, warnanya akan berubah menjadi merah muda. Namun silika gel ini dapat berubah lagi menjadi biru bila dijemur di bawah terik matahari atau dipanaskan di atas api. Jadi bisa digunakan kembali.

Dapat Dicuci

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa biarkan saja koin itu kotor daripada rusak. Artinya, koleksi-koleksi tersebut jangan diutak-atik. Namun tentu saja banyak kolektor tidak betah melihat koleksinya dalam keadaan dekil.

Pada prinsipnya hampir semua koin dapat dicuci dengan air hangat dicampur deterjen. Gosok dengan ujung jari. Jangan menggunakan alat yang kasar permukaannya. Bersihkan secermat mungkin. Kotoran yang masih melekat bisa dicungkil dengan tusuk gigi. Lantas segera keringkan dengan cara menepuk-nepuk permukaannya.

Berbagai jenis cairan kimia dapat dipergunakan. Misalnya cairan amonia dan air hangat untuk membersihkan perak dan cairan asam sitrat untuk emas. Untuk membersihkan tembaga dan perunggu digunakan 20 persen cairan sodium karbonat. Untuk timah, seng, besi, dan baja digunakan 5 persen cairan soda kostik. Bila belum jelas, kita bisa bertanya pada toko-toko numismatik atau perajin ikatan batu permata.

Setelah itu cuci dengan air dan keringkan dengan hati-hati. Bila diperlukan boleh gunakan cotton buds (batang kecil yang dilengkapi kapas di kedua ujungnya) atau sikat halus. Sebaiknya sikat terbuat dari bulu hewan. Jangan sikat nilon atau fiber buatan.

Setelah bersih, kolektor boleh melapisi koin itu dengan cairan pengkilap batu permata. Belum ada keluhan terhadap upaya ini. Sebaliknya bila menggunakan brasso atau cairan pengilap lain, lama-kelamaan koin yang digosok akan rusak permukaannya.

Yang agak rumit adalah menangani koin yang pernah terpendam dalam tanah atau terbenam dalam laut. Masalahnya, telah terjadi reaksi kimia antara logam dengan tanah dan logam dengan garam. Untuk masalah ini jangan sembarang mencuci atau membersihkannya. Sedapat mungkin mintalah nasihat kepada petugas museum terdekat.

Biasanya museum-museum besar mempunyai laboratorium konservasi untuk memelihara dan merawat benda koleksi yang rusak. Beberapa museum bahkan dilengkapi peralatan modern untuk membersihkan karat.

Tempat Penyimpanan

Salah penanganan merupakan masalah yang sering dihadapi kolektor. Bagitu pula dalam menempatkan koin. Menurut sejumlah pakar, plastik tertentu dapat membahayakan koin. Tempat penyimpanan yang paling aman terbuat dari akriliks, polyesterene, dan polypropylene. Sedangkan yang diragukan adalah polyvinyl chloride (PVC).

Ironisnya, pengotoran justru dilakukan oleh si kolektor sendiri. Tanpa sadar minyak dan asam akan melekat pada koleksi karena dipegang secara sembarangan.

Seharusnya koin dipegang di antara ibu jari dan telunjuk. Sangat baik kalau kita menggunakan sarung tangan sutera atau katun untuk memegang koleksi tersebut. Kalaupun terpaksa, album koleksi harus sering diangin-anginkan.

Penggunaan album plastik untuk waktu lama dinilai akan merusak koleksi. Sebisa mungkin kolektor harus menghindari pemakaian album seperti itu. Di Eropa, para numismatis profesional menggunakan lemari kabinet yang tersusun atas laci-laci berlubang. Kabinet ini terbuat dari kayu mahoni yang dikeringkan, kenari, atau rosewood. Kayu-kayu ini dianggap bersahabat dengan koleksi. Kabinet seperti ini mahal harganya, namun sangat disukai numismatis Jerman dan Italia. Tempat penyimpanan yang lebih murah diproduksi di Inggris berupa kabinet berbentuk koper kecil sehingga mudah dibawa ke mana-mana.

DJULIANTO SUSANTIO, Numismatis, tinggal di Jakarta

(Pernah dimuat di SUARA PEMBARUAN MINGGU, 29/8/2004)

Kegiatan PPKMU Cenderung Mundur


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO

Perkembangan numismatik di Indonesia boleh dibilang sangat lambat. Padahal hobi mengumpulkan uang sudah dikenal sejak masa pendudukan Jepang, sekitar tahun 1942-1945.

Waktu itu segelintir bangsa pribumi mulai coba-coba menyimpan lembar-lembar uang kertas dan keping-keping uang logam (koin). Sayang, di tengah berkecamuknya perang, tentara-tentara Jepang menggerebek rumah mereka karena disangka menyembunyikan pejuang republik.

Anehnya, barang-barang berharga di rumah tersebut tidak digubris para tentara. Yang justru diambil adalah koleksi-koleksi mata uang pribumi itu. Jelas ini menunjukkan mata uang merupakan benda yang lebih berarti dibandingkan berbagai benda berharga lainnya.

Kegiatan mengumpulkan benda-benda numismatik dengan objek utama mata uang kemudian berjalan perlahan-lahan. Beberapa orang mulai melihat dan menghayati betapa pentingnya melindungi, memelihara, dan melestarikan mata uang Indonesia.

Maka kemudian mereka membentuk sebuah organisasi bernama Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang (PPKMU) pada 26 Oktober 1972.

Hingga kini, jumlah anggota PPKMU masih sekitar ratusan orang. Itu pun sebagian besar berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Sebagian kecil berada di Surabaya karena PPKMU cabang Surabaya pernah aktif beberapa tahun lalu.

Bapak Angkat

Mengapa perkembangan PPKMU begitu tersendat, tentu ada alasan yang mendasarinya. Tidak dipungkiri kalau uang-uang lama sukar dicari di pasaran. Kalaupun ada berharga relatif mahal, meskipun ada beberapa yang terjangkau orang kebanyakan.

Karena itu hanya orang-orang tertentu yang mampu memilikinya, apalagi yang berharga tinggi-taruhlah ratusan ribu hingga jutaan rupiah per koleksi.

Bandingkan dengan prangko. Bermodalkan Rp 100.000 saja, seorang filatelis sudah mampu memperoleh seabreg benda koleksi. Nah, kalau numismatis? Paling-paling dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli sekitar sepuluh koleksi.

Lain daripada itu, seorang filatelis yang rajin berkorespondensi dengan sahabat pena di dalam negeri dan luar negeri, pasti akan mampu menambah perbendaharaan koleksinya.

Seorang numismatis umumnya harus merogoh kocek banyak untuk memuaskan kesenangannya.

Kendala lain bagi numismatis adalah pemerintah tidak menerbitkan mata uang setiap tahun. Bagaimana jadinya angggapan masyarakat kalau setiap tahun keluar uang baru. Berbeda dengan prangko. Dalam setahun pemerintah mengedarkan tidak kurang dari 20 keping prangko.

Pada bagian lain, para filatelis mendapat dukungan dari bapak angkatnya, yakni PT Pos Indonesia. Karena itu organisasi filateli banyak tersebar di seluruh Indonesia.

Selain Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) pusat dan cabang, para filatelis juga memiliki klub filateli, antara lain Pramuka Pencinta Filateli.

Jangan heran bila kemudian jumlah filatelis membengkak dengan cepat. Kini jumlah filateli di seluruh Indonesia mencapai ratusan ribu orang.

Berbagai kegiatan aktif dilaksanakan para filatelis. Penerbitan buletin, seminar, temu anggota, bursa, lelang, dan pembuatan situs internet kerap diselenggarakan silih berganti.

Bahkan mereka mempunyai Himpunan Penulis Filateli dan Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia yang setiap tahunnya menerbitkan buku katalogus.

Selama ini para numismatis harus berjalan sendiri. Kantor sekretariat pun tidak punya dan biasanya nebeng pada rumah atau kantor ketua umum PPKMU.

Beberapa tahun lalu upaya untuk mendapatkan bapak angkat dari Departemen Keuangan gagal. Begitupun dari Bank Indonesia dan Perum Peruri, tidak ada perhatian sama sekali.

Dampaknya makin terasa. Kegiatan PPKMU bukannya bertambah maju, malah cenderung mundur. Arisan PPKMU yang biasanya diselenggarakan secara mandiri, kini harus mendompleng pada kegiatan PFI.

Sementara itu, kenyataan yang ada, dalam kegiatan PPKMU dan PFI justru banyak kolektor mancanegara terlibat di dalamnya.

Saat ini PPKMU sudah (atau baru?) berusia 30 tahun, tetapi banyak hal masih terabaikan. Untuk itulah para sepuh PPKMU harus memberi perhatian penuh kepada organisasi dan kegiatan.

Meskipun sejumlah tokoh senior PPKMU menjadi anggota perkumpulan numismatik di mancanegara, bukan jaminan bahwa PPKMU akan berkembang. Untuk maju, tentu PPKMU perlu dukungan tenaga dan biaya.

DJULIANTO SUSANTIO Numismatis, tinggal di Jakarta

(Pernah dimuat di SUARA PEMBARUAN MINGGU, 23/2/2003)

Dari Uang Fantasi Hingga Uang Hitam


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO





DIBURU NUMISMATIS - Uang fantasi satu juta dolar AS (atas), uang Yugoslavia bernilai 5 miliar dinar (tengah), dan uang Yugoslavia bernilai 50 miliar dinar (bawah). Uang-uang tersebut banyak diburu dan disukai numismatis karena warnanya yang menawan, namun sering pula digunakan orang-orang tak bertanggung jawab untuk menipu.

NUMISMATIK adalah hobi mengumpulkan mata uang kertas dan logam (koin), medali, dan benda-benda sejenis lainnya. Walaupun tak sepesat dengan hobi filateli (mengumpulkan prangko dan benda-benda pos lainnya), hobi numismatik cukup berkembang pula di Indonesia.

Benda-benda numismatik yang dikumpulkan oleh para kolektor bukan hanya berasal dari Indonesia. Banyak koleksi numismatik dari mancanegara yang juga sering menjadi barang buruan. Sejumlah uang kertas dari negara-negara kecil di benua Amerika, negara-negara pecahan Uni Soviet, uang aneh, dan uang peringatan, tak luput menjadi incaran para numismatis Indonesia.

Sekitar tahun1994 di Jakarta beredar uang kertas pecahan satu juta dolar AS. Waktu itu timbul pertanyaan di kalangan numismatis (sebutan untuk mereka yang mempunyai hobi numismatic), apakah uang tersebut palsu dan mengapa nilai nominalnya begitu besar?

Beberapa waktu kemudian pertanyaan tersebut baru terjawab. Rupanya uang bernilai mahabesar itu disebut uang fantasi atau uang impian (dream money). Artinya, itu bukan uang beneran, tapi uang khayalan. Tujuan utama dikeluarkannya uang tersebut adalah untuk konsumsi para kolektor uang di seluruh dunia atau untuk cenderamata.

Uang fantasi bukanlah uang resmi yang diterbitkan pemerintah AS. Karena bersifat bo'ong-bo'ongan sudah terang uang tersebut tidak bisa digunakan untuk bertransaksi.

Bila diamati sekilas, memang uang tersebut mirip dolar sungguhan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve). Adanya cetakan timbul dan warna yang mengkilap, memberi kesan uang itu benar-benar asli. Apalagi ditandai berbagai atribut uang resmi, seperti gambar muka, gambar belakang, nomor seri, dan tanda tangan pejabat. Namun "rahasia" uang tersebut terletak di bagian belakang. Secara jelas terpampang tulisan non-negotiable (tidak dapat dipertukarkan) dan di bawahnya dikatakan uang tersebut merupakan "sertifikat impian orang-orang AS".

Yang lebih meyakinkannya sebagai dollar sungguhan adalah uang fantasi itu dilengkapi sertifikat keaslian (certificate of authenticity) di atas secarik kertas. Menurut sertifikat tersebut uang fantasi dirancang dan dicetak oleh The American Bank Note Company tahun 1988 untuk The International Association of Millionaires (Asosiasi Jutawan Internasional). Teknik pencetakan, warna, dan jenis kertas juga diutarakan di dalamnya.

Uang unik itu merupakan edisi terbatas (limited edition) dari sejumlah seri yang secara resmi dikeluarkan oleh Asosiasi Jutawan Internasional. Keberadaan uang itu dilindungi hak cipta tahun 1990.

Untuk Memperdayai

Di samping dolar AS, pada tahun berikutnya beredar dolar Kanada dalam nominal yang sama. Uang fantasi satu juta dolar AS dan Kanada sering digunakan untuk memperdayai orang. Bahkan tidak jarang menimbulkan kisah konyol. Sejumlah orang dikabarkan sering "berbaik hati" dengan cara menukarkan uang dolar miliknya itu dengan uang rupiah. Banyak orang terpedaya sehingga rugi mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 100 juta, sebagaimana diberitakan sejumlah koran daerah.

Banyak orang juga kecewa karena uangnya tidak bisa ditukarkan di bank atau money changer. "Kok uang asli tidak laku. Lihat saja ini sertifikatnya," ujar seorang bapak seperti diungkapkan seorang rekan numismatis.

Sama seperti uang fantasi, uang-uang kertas dari Amerika Selatan juga sering dipakai untuk menipu orang. Misalnya uang Brasil, Bolivia, dan Argentina. Banyak orang diiming-imingi bahwa uang Brasil -demikian popularnya - lebih tinggi nilainya daripada dolar AS.

Malah tumpukan uang Brasil pernah dipamerkan oleh seorang mantan tentara dari Cileungsi sebagai "harta karun Bung Karno" tahun 2003 lalu. Berita itu sempat menjadi liputan besar-besaran media cetak dan media elektronik. Padahal uang Brasil itu dikeluarkan pada 1970-an, sementara Bung Karno wafat persis pada 1970.

Brasil merupakan salah satu negara di Amerika Selatan yang paling sering mendevaluasi mata uangnya. Karena itu nilai uang Brasil sangat kecil. Perbandingannya dengan rupiah adalah 7 berbanding 1. Artinya setiap 7 cruzeiro (satuan uang Brasil) waktu itu setara dengan Rp 1. Karena sangat kecil, banyak bank dan money changer menolak penukaran uang tersebut. Apalagi uang Brasil kurang populer di sini.

Berbeda di mata numismatis, uang Brasil - termasuk uang-uang dari Amerika Selatan - mempunyai pesona tinggi. Kertasnya dipandang sangat bagus, gambarnya sangat indah, dan warnanya sangat cemerlang dibandingkan koleksi-koleksi sejenis dari banyak negara. Di negaranya masing-masing, karena inflasi begitu tinggi dan kerap terjadi sepanjang tahun, maka uang kertas mereka sering ditarik dari peredaran. Hampir setiap tahun pemerintah setempat mencetak uang baru. Karena uang-uang lamanya berlimpah ruah maka dijadikan komoditas ekspor untuk konsumsi para numismatis dunia.

Uang Hitam

Ada lagi "harta karun" sebagaimana pernah dikatakan "harta karun Bung Karno" tadi kepada pers, yakni uang Yugoslavia bernominal 5 miliar dan 10 miliar dinar. Dari pengamatan penulis, ternyata uang itu dikeluarkan pada 1993 sewaktu Yugoslavia tercabik-cabik oleh perang saudara. Akibatnya inflasi terus-menerus berlangsung di sana.

Meskipun nilai nominalnya sangat tinggi, namun nilai transaksinya sangat kecil. Sulit memperoleh data konkret berapa kursnya dengan rupiah atau dollar waktu itu. Namun sekadar perbandingan di penghujung 1992 negara tetangga Yugoslavia, yakni Polandia, menerbitkan uang kertas 2 juta zloty. Kalau dirupiahkan nilai 2 juta zloty sama dengan Rp 270.000.

Saat ini uang Yugoslavia tersebut termasuk benda numismatik yang banyak diburu kolektor. Karena bernilai maha besar, maka uang Yugoslavia sering dipakai menipu orang. Maka perlu kewaspadaan apabila menerima uang asing atau uang aneh.

Begitu pula yang disebut "uang hitam". Biasanya para pelaku penipuan adalah orang-orang Afrika yang tengah berkunjung ke Indonesia. Modusnya adalah menukarkan "uang hitam" itu dengan uang rupiah sungguhan. Konon sesampainya di rumah, "uang hitam" tersebut akan berubah menjadi dolar AS.

Menurut temuan polisi, uang itu berwarna hitam karena pengaruh bahan kimia. Lalu dengan sedikit "ilmu sihir" para penipu itu berhasil memperdayai calon korbannya. Nah, Anda perlu hati-hati bila bertemu orang yang menawarkan uang-uang tersebut di atas. Apalagi bila diembel-embeli "harta karun Bung Karno". Jangan berpikir Anda bisa kaya dengan cepat tanpa harus memeras keringat.

DJULIANTO SUSANTIO, Numismatis, tinggal di Jakarta

(Pernah dimuat di SUARA PEMBARUAN MINGGU, 17/7/2005)



Manfaat Berkoleksi Numismatik


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan menggeluti dunia numismatik (koleksi mata uang bersejarah). Mulai manfaat secara psikologis sampai ke keuntungan finansial. Menarik?

Apa saja sih manfaat hobi unik satu ini? Pertama, untuk mengisi waktu senggang (rekreasi). Dengan memilih, mengatur, dan menyusun koleksi ke dalam album, maka waktu luang tidak terbuang sia-sia.

Kedua, untuk melatih kedisiplinan dan ketekunan. Memilih, mengatur, dan menyusun koleksi tidak boleh dilakukan sembarangan. Semakin disiplin dan tekun, semakin mantap seorang numismatis dalam berkoleksi.

Ketiga, untuk meningkatkan pengetahuan (edukasi). Banyak numismatis menganggap mata uang adalah sumber informasi berharga untuk melihat gambar/peristiwa yang tersirat pada koleksi.

Keempat, untuk menjalin persahabatan (komunikasi). Sering kali seorang numismatis memperoleh koleksi dengan cara tukar-menukar dengan atau hadiah dari sahabat pena melalui kegiatan korespondensi.

Kelima, untuk mendatangkan gagasan (inspirasi). Melalui gambar yang menawan, misalnya, seorang penulis atau pelukis bisa menghasilkan karya yang bermutu.

Keenam, untuk memperoleh keuntungan finansial atau materi (ekonomi). Untuk jangka waktu ke depan bisa jadi mata uang yang kita simpan akan melambung tinggi harganya.

Sebagai investasi

Manfaat-manfaat di atas akan terpenuhi jika kita mempunyai koleksi yang baik. Koleksi numismatik yang baik terletak pada kelengkapan, keaslian, dan kondisi benda tersebut. Semakin lengkap suatu seri mata uang, maka koleksi semakin berkualitas. Apalagi bila benar-benar asli dan kondisinya sangat bagus.

Namun, melengkapi materi tersebut tidak terkira sulitnya. Jangankan numismatis yunior, para seniornya pun merasakan kendala tersebut. Tak terkecuali mereka yang benar-benar berkocek tebal. Biar bagaimanapun, itulah seninya berkoleksi, sulit namun mempunyai nilai tambah.

Sebagai benda investasi yang akan memberikan keuntungan berlipat merupakan manfaat yang paling banyak diharapkan para numismatis. Apalagi bagi mereka yang berkoleksi sebagai kolektor merangkap pedagang, dealer atau investor.

Kalau benar-benar numismatis murni, manfaat ekonomi tidak begitu dipedulikan. Seorang numismatis merasa cukup kalau sudah memiliki sebuah koleksi dari jenis koleksi dan seri yang berbeda. Kelebihan koleksi baru dijual untuk membeli koleksi-koleksi lain yang belum dimilikinya.

Berapa keuntungan yang bakal diraih dengan menyimpan mata uang Indonesia? Mengukur nilai dan harga uang lama Indonesia, tidak semudah seperti menentukan nilai atau harga yang baru beredar di masyarakat. Pada uang baru jelas tertera nlai nominalnya.

Keadaan ini sangat berbeda bila suatu mata uang berfungsi sebagai benda koleksi di dunia numismatik. Harga yang ditawarkan pedagang akan lebih tinggi dari nilai nominalnya. Misalnya uang kertas bergambar R A Kartini (Rp 10.000/1985), saat ini dalam kondisi Unc/unicirculated (sangat bagus) berharga kira-kira Rp 30.000. Agar tidak terjerumus, kita bisa melihatnya di buku-buku katalog mata uang yang saat ini banyak dijumpai di pasaran.

Di pasaran internasional sendiri harga penawaran mata uang indonesia menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan. Harga koleksi-koleksi tersebut mengalami kenaikan cukup berarti dari tahun ke tahun, meskipun tidak terlampau tinggi. Yang berharga paling "aduhai" adalah beberapa mata uang darurat daerah URIPS/ORIPS (Uang/Oeang Republik Indonesia Propinsi Sumatera).

Uang-uang lainnya ada juga yang berharga mahal, terutama yang tergolong unik dan langka. Koleksi numismatik bisa merupakan "tabungan hari depan" karena harganya yang tidak pernah turun.

Nomor cantik

Nomor-nomor cantik, unik, dan istimewa, juga dikenal dalam koleksi mata uang kertas. Hal-hal seperti ini mulai mendapat perhatian para numismatis sejak beberapa tahun yang lalu. Ini karena koleksi mata uang relatif bersifat statis, dalam arti mata uang tidak terbit sepanjang tahun seperti halnya prangko. Maka untuk memperoleh sesuatu yang baru pada koleksi mata uang sekaligus menambah perbendaharaan koleksi, megumpulkan uang kertas yang bernomor seri menarik merupakan pilihan utama. Nomor seri tersebut terdapat pada uang yang masih beredar atau yang sudah tidak beredar lagi.

Di AS dunia numismatik sudah begitu maju. Maka para kolektor sering memburu uang-uang dollar bernomor seri istimewa sejak lama. Mereka berani membeli koleksi tersebut dengan harga tinggi. Di Indonesia uang-uang rupiah demikian berharga beberapa kali lipat dari nominalnya, tergantung bagaimana kondisi dan keistimewaan uang tersebut.

Sekadar gambaran, uang kertas Rp 100 yang masih berlaku dan bernomor seri 000001 ditawarkan seharga Rp 10.000 per lembar. Uang kertas Rp 1.000 yang juga masih berlaku dan bernomor seri 123456 ditawarkan Rp 40.000 per lembar. Harga akan semakin meningkat bila uang kertas tersebut sudah tidak beredar lagi di pasaran.

Enam digit

Nomor seri uang rupiah biasanya terdiri atas tiga huruf di- ikuti enam angka (digit). Letaknya di bagian kiri bawah (berwarna hitam) dan kanan atas (berwarna merah) di sisi belakang sebuah koleksi. Nomor-nomor khusus yang di koleksi para numismatis pada garis besarnya terbagi dalam enam kategori.

Pertama, deretan angka yang sama, misalnya 111111, 222222, dan seterusnya. Semua nomor kembar enam dianggap istimewa. Kedua, deretan angka pertama, misalnya 000001, 000002, dan seterusnya. Dari angka-angka ini yang dianggap paling istimewa adalah 000001.

Ketiga, sebuah angka yang diikuti deret angka 0, misalnya 100000, 200000, dan seterusnya. Semua angka dianggap istimewa. Keempat, deretan angka yang berurutan, baik meninggi maupun menurun, misalnya 123456, 876543, dan seterusnya. Semua angka juga dianggap istimewa.

Kelima, deretan angka yang mengingatkan kita pada peristiwa tertentu, misalnya 170845 (hari proklamasi kemerdekaan), 281028 (hari sumpah pemuda), hari kelahiran kita, dan seterusnya. Semua angka dipandang menarik, walaupun tidak terlalu istimewa.

Keenam, deretan angka yang dianggap menarik bagi tiap individu, misalnya 101010, 200002, dan seterusnya. Angka- angka ini pun dipandang tidak terlalu istimewa.

Selain itu, para numismatis juga sering memperhatikan deretan huruf di muka nomor seri. Deretan tiga huruf ini bisa di tafsirkan sebuah singkatan kata-kata, tergantung dari imajinasi kita. Kata-kata itu biasanya populer di masyarakat. Contohnya ABG… (Anak Baru Gede), PBB… (Perserikatan Bangsa-Bangsa), JFK… (John F Kennedy), dan seterusnya. Singkatan itu bisa pula nama diri kita atau keluarga kita.

Kita kan sangat beruntung bila mempunyai koleksi yang berhuruf sekaligus bernomor seri unik, misalnya HPK170845. Singkatan ini bisa di imajinasikan hari Proklamasi Kemerdekaan 17-08-45.

Di Jakarta tidak terlalu sulit untuk mencari koleksi seperti ini. Beberapa toko atau kios numismatik/filateli sering menjual koleksi bernomor cantik. Sejumlah numismatik terkadang melepas koleksinya yang didobel untuk ditukar dengan koleksi lain yang belum dimilikinya.

Bentuk-bentuk koin

Jadi numismatik hanya berkisar soal koleksi uang kertas? Ya tidaklah. Hobi ini tentu termasuk mengoleksi uang dalam bentuk koin.

Umumnya uang logam (koin) yang kita kenal sekarang berbentuk lingkaran. Namun, sesungguhnya koin memiliki aneka ragam dan bentuk. Bentuk yang mula-mula adalah bentuk yang tidak beraturan. "Koin" seperti ini dikenal pada masa pra- sejarah hingga awal peradaban manusia, namun tidak melulu terbuat dari logam. Bahan-bahan yang relatif tahan lama dan sukar diperoleh, kemudian dijadikan semacam alat tukar. Uang primitif ini antara lain terbuat dari batu, logam, kulit hewan, tulang hewan, gigi hewan, cangkang kerang, dan kacang-kacangan.

Pada zaman purba, bentuk dan ketebalan koin tidak penting. Di banyak negara koin berbentuk "aneh" menjadi perhatian para numismatis.

Terus berkembang

Zaman terus berkembang, koin pun memiliki ukuran standar. Setelah itu tercipta berbagai bentuk geometri. Namun bentuk mana yang muncul paling awal, masih menjadi bahan penelitian para pakar.

Di sejumlah negara banyak ditemukan koin berbentuk persegi atau segi-4. Agar kelihatan tidak kaku, maka pada setiap sudutnya dibuat lekukan. Pada abad ke-16 hingga ke-19, koin berbentuk segi-4 antara lain dikenal di Kekaisaran Moghul (India), Jerman, dan Skandinavia. Pada masa yang lebih modern, koin seperti itu terdapat di Ceylon (Sri Lanka), Burma (Myanmar), Filipina, Banglades, Polandia, dan Kolombia.

Bentuk yang agak unik, berupa segi tiga, dikenal beberapa waktu kemudian. Koin seperti itu tergolong langka karena hanya beberapa negara yang secara resmi pernah mengeluarkannya, antara lain Gabon dan Kepulauan Cook.

Koin yang mempunyai banyak sisi (poligon) dijumpai di berbagai belahan dunia. Diperkirakan yang tertua berasal dari Augsburg (abad ke-18, bersisi-8) Yang lebih muda berasal dari Belize (bersisi-5), Jibouti (bersisi-6), Inggris (bersisi-7), Gibraltar, Kep Falkland, Barbados, dan Tonga (bersisi-8), Afganistan, Kolombia, dan Dominika (bersisi-10), serta Kep Cook, Australia, dan Seychelles (bersisi-12).

Tuna aksara

Bentuk lain adalah koin bergelombang. Jumlah gelombang yang terkandung dalam sisi koin, umumnya berbeda-beda. Di- perkirakan koin bergelombang dikeluarkan untuk mengatasi penduduk yang tuna aksara. Dengan menghitung tonjolan pada sisinya, diharapkan penduduk akan mampu mengenali setiap bentuk koin. Sebagian koin bergelombang dikeluarkan oleh negara-negara Asia dan Afrika, karena memang tingkat tuna aksara banyak terdapat di kedua benua itu.

Hingga kini beberapa negara masih mengeluarkan koin bergelombang, di antaranya Israel, Hongkong, Sri Lanka, dan Kep Cook. Sampai sejauh ini koin bergelombang tertua berasal dari masa Kekaisaran Moghul.

Bentuk lain yang relatif jarang dijumpai adalah lingkaran dengan lubang di bagian tengah. Bentuk lubang juga berupa lingkaran, namun lebih kecil. Negara kita di masa-masa kemerdekaan pernah mengeluarkan koin jenis ini.

Uniknya, beberapa koin memiliki lubang yang agak besar, sehingga bentuk koin terkesan ramping. Malah sejumlah koin memiliki lubang berbentuk segi-4. Ini lain dari kebiasaan umumnya.

Sukar dipastikan mengapa pemerintah suatu negara mengeluarkan koin berlubang. Diduga hal ini untuk mencegah pemalsuan dan penghematan bahan dasar atau mengurangi berat.

Dunia numismatik di Indonesia pada masa modern kelihatan masih monoton. Dari dulu hingga sekarang, bentuk-bentuk koin yang diterbitkan masih berupa lingkaran. Jadi tidak ada perubahan bentuk.

Hal ini berbeda dengan dunia filateli. Pada awalnya bentuk prangko hanya segi-4. Namun karena desakan para filatelis, maka pemerintah pernah menerbitkan prangko berbentuk segi tiga, belah ketupat, segi lima, dan lingkaran.

Sebaiknya, penerbitan koin pun di sesuaikan dengan selera pasar. Para numismatis mengharapkan sekali bentuk koin yang agak berbeda. Mudah-mudahan bisa terlaksana dalam waktu dekat.

DJULIANTO SUSANTIO Numismatis, tinggal di Jakarta

(Pernah dimuat di KOMPAS, Jumat, 3/10/2003)

Numismatik, Untuk Studi dan Investasi


Oleh: DJULIANTO SUSANTIO



Istilah filateli mungkin sudah akrab di telinga kita. Filateli adalah kegiatan mengumpulkan benda-benda pos, terutama prangko. Sebaliknya istilah numismatik boleh jadi masih terasa asing. Istilah itu jarang terdengar atau dibicarakan, meski sebenarnya numismatik pun bukan ”barang” baru.

Numismatik (Latin, numisma = uang logam) adalah pengetahuan atau kegiatan yang berkenaan dengan mata uang. Ahli numismatik disebut numismatis, yang juga diartikan penggemar atau kolektor mata uang. Pada mulanya numismatik hanya berurusan dengan uang logam (koin), karena koin banyak ditemukan di berbagai situs arkeologi.

Dalam perkembangannya, koleksi numismatik menjadi sangat beragam. Saat ini koleksi numismatik mencakup medali, lencana, token (uang perkebunan), uang komemoratif (uang peringatan) dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, seperti cek, wesel, kartu kredit, kupon dan koin untuk permainan ketangkasan/ hiburan/kasino. Kalau prangko merupakan obyek utama filateli, maka mata uang adalah obyek utama numismatik.

Mata uang terbagi atas dua jenis (berdasarkan bahannya), yakni uang kertas dan uang logam. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Uang kertas dianggap memiliki nilai artistik, estetika, dan ringan sehingga mengundang pesona yang melihatnya. Namun tempat penyimpanan uang kertas relatif besar. Sebaliknya koin berukuran kecil dan mudah dibawa-bawa, misalnya cukup dimasukkan ke dalam saku. Tetapi kalau berjumlah banyak, beratnya bukan main.

Kedua jenis mata uang diklasifikasikan lagi menjadi tiga (berdasarkan fungsinya). Pertama, mata uang yang sudah ditarik dari peredaran dan tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah. Contohnya, uang ORI (1945), seri Soekarno (1960) dan seri Dwikora atau Sukarelawan (1964).

Kedua, mata uang yang sudah ditarik dari peredaran tetapi masih bisa dipakai bertransaksi terbatas di bank. Contohnya uang bergambar R.A. Kartini Rp 10.000 (1985) dan Teuku Umar Rp 5.000 (1986). Menurut peraturan Bank Indonesia, masa berlakunya suatu mata uang adalah 25 tahun setelah mata uang tersebut dikeluarkan. Dengan demikian uang R.A. Kartini masih berlaku hingga tahun 2010 dan uang Teuku Umar hingga tahun 2011.

Ketiga, mata uang yang masih beredar di masyarakat sehingga masih bisa dipakai bertransaksi secara luas dan bebas. Contohnya, uang bergambar W.R. Supratman Rp 50.000 dan uang bergambar Soekarno-Hatta Rp 100.000.

Motivasi

Mengapa orang berkoleksi, tentu ada motivasi tertentu yang mendasarinya. Umumnya seseorang menggeluti dunia numismatik karena profesi. Karyawan bank, karyawan money changer, kasir, atau bendahara, misalnya, mereka sering berurusan dengan uang. Lama-kelamaan mereka menjadi tertarik dan mulai mengumpulkan berbagai jenis mata uang.

Lingkungan juga bisa mempengaruhi seseorang menjadi numismatis. Misalnya seseorang yang sering berpergian ke luar negeri karena selalu melihat uang asing menjadi tertarik dan coba mengumpulkannya. Lingkungan lain adalah keluarga. Dalam keluarga yang senang mengumpulkan mata uang, ada kalanya anggota lain tertarik dan ikut menjadi numismatis. Melanjutkan kegemaran orang tuanya yang meninggal, juga kerap ditemui di dunia hobi, termasuk numismatik ini.

Hobi mengumpulkan sesuatu juga dapat mendasari seseorang untuk menjadi numismatis. Seorang filatelis sering merangkap menjadi numismatis, bahkan berubah dari filatelis menjadi numismatis. Begitu pula seorang telegris (kolektor kartu telepon). Umumnya seorang filatelis juga seorang numismatis dan telegris. Begitu pun sebaliknya. Yang pasti hingga saat ini, numismatis, filatelis, dan telegris merupakan ”tiga serangkai” yang sulit dipisahkan.

Motivasi dasar sangat penting dalam menjaga kelanggengan seorang numismatis. Makin jelas dan mantap motivasinya, makin tekun seorang numismatis menggeluti bidangnya.

Numismatik, pada dasarnya, mempunyai dua tujuan yaitu untuk studi dan sekadar berkoleksi. Tujuannya menggeluti bidang numismatik tak bisa lepas dari motivasi yang mendasarinya. Umumnya orang menggeluti dunia numismatik karena kesenangan atau kenikmatan yang diperoleh.

Namun sejalan dengan perkembangan numismatik, juga merupakan cabang niaga (bisnis) baru. Artinya, koleksi numismatik mempunyai nilai ekonomi atau investasi yang cenderung meninggi. Karena itu sebagian orang mengharapkan keuntungan finansial dari benda-benda numismatik yang dikumpulkannya.

Pemula

Para remaja atau pemula yang menyenangi dunia numismatik, sebaiknya mengoleksi mata uang terlebih dulu. Tangguhkan keinginan untuk memiliki koleksi lainnya. Saat ini mata uang relatif mudah didapatkan, anatara lain lewat transaksi langsung di toko filateli, toko numismatik, toko buku, toko barang antik dan pedagang loak/kaki lima. Seiring dengan kemajuan teknologi, transaksi lewat internet juga sudah banyak dilakukan orang. Begitu pula pelelangan (nasional dan internasional).

Cara lainnya adalah meminta dari orang-orang tua atau kerabat. Biasanya orang-orang tua, seperti kakek, nenek, paman atau bibi masih menyimpan beberapa lembar atau keping uang lama. Para pemula juga harus mempunyai sahabat pena, karena banyak dari mereka mempunyai hobi sama. Jadi bisa saling bertukar koleksi.

Negara asal mata uang pun harus dipilih secara konsisten. Sebagai orang Indonesia, tentu kita harus mengoleksi mata-mata uang yang pernah beredar di negara sendiri. Dengan begitu, kita ikut berperan melestarikan benda budaya bangsa sendiri.

(Pernah dimuat di SINAR HARAPAN, 2003)

♦ Kontak Saya ♦

Nama Anda :
Email Anda :
Subjek :
Pesan :
Masukkan kode ini :

.

Photobucket

.

Pyzam Glitter Text Maker