Uang kertas darurat daerah Banten sudah lama dikenal oleh para kolektor, khususnya di Indonesia. Namun riwayatnya belum banyak diketahui, termasuk oleh para kolektor sendiri.
Pada masa perjuangan kemerdekaan RI tahun 1945/1946 pusat pemerintahan berada di Yogyakarta. Karena situasi maka hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah-daerah nyaris putus, termasuk dengan daerah Banten.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan alat pembayaran di daerah tersebut maka pemerintah pusat di Yogyakarta memerintahkan Residen Banten Tubagus Kiai Haji Achmad Chotib untuk mencetak dan mengedarkan ORIDABS. Pencetakan ORIDABS dilaksanakan di Percetakan “Serang”, Jl. Diponegoro No. 6, Serang. Pemilik percetakannya adalah Abdurrodjak.
Pencetakannya dipimpin oleh R. Abubakar Winangun, M. Sastra Atmadja, Abdurrodjak, dan M. Solihin. Sedangkan pejabat penerima, penyimpanan, dan pengedaran uang kertas adalah M. Asamail. Kesemuanya diangkat berdasarkan surat ketetapan Kepala Penjabatan Keuangan Dewan Pertahanan Daerah Banten No. UU/94 Tanggal 26 Mei 1948.
Pembuat gambarnya adalah E. Edel Yusuf di Serang, sedangkan pembuat klisenya adalah M. Ruyani dan Dana di kecamatan Petir. Bahan klise dibuat dari kayu sawo kecik, kecuali untuk pecahan Rp 100 dibuat dari timah.
Uang-uang yang dicetak adalah nilai pecahan Rp 1, 5, 10, 25, dan 50 yang jumlahnya tidak diketahui dan nilai pecahan Rp 100 sejumlah satu juta rupiah. Ahli-ahli dan karyawan pencetakannya berjumlah 11 orang. Masa pencetakan ORIDABS adalah Februari 1947 hingga 11 Agustus 1948.
ORIDABS ditandatangani oleh Tb. K.H. Achmad Chotib (dengan huruf Arab) sebagai Residen Banten 1945-1949 dan Abubakar Winangun sebagai Panitia Keuangan/Pimpinan Umum tahun 1947. Pada 1948 penandatangannya adalah Tb. K.H. Achmat Chotib dan Yusuf Adiwinata sebagai Pedjabat Keuangan Dewan Pertahanan Daerah Banten.
ORIDABS berlaku di daerah Banten termasuk Tangerang, Jasinga, dan Lampung Selatan. Sayangnya pecahan Rp 100 belum sempat beredar karena tentara Belanda pada Aksi Militer II menyerbu Banten. Semua klise dihancurkan oleh tentara Belanda.
Kini ORIDABS sudah mulai sulit dicari di pasaran. Bilamana ada yang menemukan atau memiliki ORIDABS bernominal Rp 100 adalah orang yang beruntung.
(Sumber: Peruri: Dari Masa ke Masa. Cukilan Fakta dan Peristiwa dari Masa Perjuangan Fisik Hingga Tahun 1957)
Maaf sebelumnya apa benar Bahan klise dibuat dari kayu sawo kecik, kecuali untuk pecahan Rp 100 dibuat dari timah...dari mana anda dapat mengetahuinya,...saya sangat tertaring dengan pembahasan ini.....terima kasih
BalasHapusAda nih oridab satu rupiah bertuliskan huruf NN bergambar cangkul,senapan dan palu minat.WA.0853-1291-8147
BalasHapus