Selasa, 24 Februari 2009

Mata Uang Jambi


Pada mulanya Jambi berada di bawah kekuasaan kerajaan Kantoli, Malayu I (Malayu Awal), Sriwijaya, Malayu II (Dharmasraya), dan bajak laut Cina. Kerajaan Jambi sendiri didirikan oleh Tun Telanai dari India Muka, sebagai cikal bakal raja-raja Jambi pada awal abad XV. Meskipun agama Islam sudah berkembang di sana pada abad XV-XVI, raja-raja Jambi masih memakai gelar Panembahan seperti halnya Mataram sebagai kerajaan yang Dipertuan. Barulah gelar Sultan pertama dipakai oleh P. Seda yang terkenal dengan nama S. Abdul Kahar Agung Sri Ingologo (1615-1643).

Tidak diketahui dengan pasti mata uang mana yang mula-mula dipakai sebagai alat tukar. Yang jelas mata uang Cina (cash, caxam kassha, dsb) merupakan satu-satunya alat tukar yang digunakan secara luas dalam hubungan perdagangan dan juga kehidupan sehari-hari di samping alat tukar tradisional (in natura) di seluruh Timur Jauh selama berabad-abad. Kemungkinan besar uang emas (deureuham) dan uang timah (keueh) Aceh juga sudah digunakan di daerah Jambi karena Aceh pernah berusaha meluaskan politik ekspansinya ke arah selatan dengan menaklukkan Kerajaan Jambi kira-kira tahun 1624.

Sekitar abad XVII dapatlah diketahui bahwa Kesultanan Jambi telah membuat mata uang sendiri. Menurut Valentijn (1691) nilai tukar yang berlaku pada waktu itu adalah 1 Real Spanyol = 60 cash dan 1 tael = 16 mas. Mata uang Kesultanan Jambi terdiri atas tiga tipe, yaitu:

Pertama, bertuliskan huruf Jawa “Cap Sultan Jambi”. Menilik dari jenis aksara yang dipakai jelas menunjukkan pengaruh Jawa di pantai timur Sumatra hingga akhir abad XVII.

Mata uang picis ini terbuat dari bahan timah dan berbentuk bundar dengan lubang yang bundar pula, seperti halnya mata uang Kesultanan Siak Sri Indrapura. Kemungkinan mata uang picis ini dibuat pada masa pemerintahan S. Sri Ingologo (Abdul Muhji) pada 1665-1690 (?).

Kedua, bertuliskan huruf Arab Melayu “Alamat Sultan”, bentuknya masih seperti di atas. Ada pula yang dibatasi dengan bidang segi enam.

Mata uang lainnya yang bertuliskan “S. Anom Sri Ingologo” mempunyai bentuk dan corak yang sama tetapi dengan lubang segi enam. Seri selanjutnya berbentuk segi delapan, tulisannya sukar dibaca. Mata uang ini dibuat pada masa pemerintahan S. Ahmad Zainuddin Anom Sri Ingologo (1770-1790). Nilai tukar pada waktu itu 1 Real Spanyol = 400 picis. Setelah itu picis Jambi tidak dibuat lagi tetapi digantikan oleh mata uang VOC.

Ketiga, berupa tiruan dari uang VOC (duit) yang dibuat W. Friesland dengan bagian belakang berupa lambang VOC tetapi bertarikh “18PP” di bawahnya.

Pada 1858 S. Thaha Syaifuddin P. Jayadiningrat memberontak melawan Belanda sehingga dia digantikan oleh saudaranya S. Ahmad Nazaruddin sebagai raja boneka (1858-1881). Untuk memperkuat kekuasaannya, Belanda mengangkat beberapa orang wakilnya sebagai civil gezaghebber, politiek agent serta asistent resident (1823-1916). Tahun 1906 Kesultanan Jambi dihapuskan oleh Belanda dengan status Keresidenan (1906-1942), yang sebelumnya merupakan bagian dari Keresidenan Palembang (1901-1906). Pada masa pendudukan Jepang, Jambi merupakan suatu keresidenan (Djambi Sju) di bawah pengawasan pemerintahan Angkatan Darat (Rikugun) Armada XXV.

Setelah kemerdekaan Jambi merupakan keresidenan sebagai bagian dari Provinsi Sumatra Tengah (1945-1957). Tahun 1957 Jambi menjadi provinsi dari NKRI.

(Sumber: Berita PPKMU)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

♦ Kontak Saya ♦

Nama Anda :
Email Anda :
Subjek :
Pesan :
Masukkan kode ini :

.

Photobucket

.

Pyzam Glitter Text Maker