Foto: Istimewa
Pemerintah Zimbabwe akan meluncurkan uang kertas bernominal 100 triliun Zimbabwe sebagai upaya untuk mengakomodasi hiperinflasi negara itu. Angka resmi inflasi di Zimbabwe pada bulan Juli lalu mencapai 231 juta persen akibat babak belurnya perekonomian negara itu.
Harian Herald yang merupakan corong pemerintahan Presiden Robert Mugabe, Jumat (16/1), memberitakan, Bank Sentral Zimbabwe segera mencetak uang bernominal 100 triliun dollar Zim (babwe) atau setara dengan 300 dollar AS (sekitar Rp 330.000) di pasar gelap pada hari Kamis lalu. Nilai dollar Zim praktis merosot drastis hampir setiap harinya.
Selain uang bernominal 100 triliun dollar Zim, Bank Sentral Zimbabwe juga meluncurkan uang kertas bernilai 10, 20, dan 50 triliun dollar Zim. ”Guna menjamin rakyat memiliki akses atas uang mereka dari perbankan, Bank Sentral Zimbabwe akan mengeluarkan sejumlah uang kertas yang secara bertahap masuk dalam peredaran, dimulai dari uang bernominal 10 triliun dollar Zim,” ujar bank sentral seperti dikutip Herald.
Peluncuran uang bernominal triliunan dollar Zim ini hanya berselang sepekan setelah diluncurkan uang bernominal 10, 20, dan 50 miliar dollar Zim. Tujuannya untuk mengakomodasi tingkat inflasi di Zimbabwe yang sangat ekstrem.
Hanya saja, munculnya uang bernominal miliaran dollar Zim ini tetap sulit mengimbangi angka inflasi yang terus meningkat tajam. Perkiraan resmi menyebutkan angka inflasi Zimbabwe mencapai 231 juta persen pada bulan Juli 2008. Namun, para ahli di luar Zimbabwe menegaskan, angka inflasi yang nyata beberapa kali lebih tinggi dari perkiraan resmi tadi.
Mata uang asing
Nilai dollar Zimbabwe terus merosot tajam selama tiga dekade pemerintahan Presiden Mugabe. Saat merdeka dari Inggris tahun 1980, nilai satu dollar Zim setara dengan nilai satu poundsterling.
Dengan nilai mata uang lokal yang terus merosot tajam, setiap pedagang, mulai dari penjual sayur di pinggir jalan hingga penyedia jasa telepon seluler, mematok harga mereka dalam mata uang asing. Hal ini semata guna menghindari kerugian akibat merosotnya nilai dollar Zim hampir setiap harinya.
Bank Sentral Zimbabwe memberikan lisensi bagi sedikitnya 1.000 toko di seluruh negeri itu untuk menjual barang-barang dalam mata uang asing. Langkah ini untuk membantu dunia bisnis di sana agar tidak kesulitan mendapat mata uang asing yang sangat diperlukan untuk mengimpor suku cadang dan berbagai produk asing.
Kehidupan ekonomi dan sosial di Zimbabwe dilaporkan semakin sulit akibat produk-produk yang langka dengan harga yang terus melangit. Harga barang-barang di Zimbabwe sangat mahal dalam ukuran dollar AS, membuat beban kehidupan rakyat di sana semakin mahal dibandingkan dengan negara-negara tetangganya.
Sekitar 80 persen dari 13,4 juta populasi negara itu berada dalam garis kemiskinan. Program Pangan Dunia (WFP) menuturkan, sekitar lima juta orang di negara di belahan selatan Afrika itu sangat bergantung pada bala bantuan pangan.
Zimbabwe semakin terbenam kesulitan saat dokter dan perawat melakukan pemogokan menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi. Gaji mereka semakin tidak berarti dengan tingkat inflasi yang demikian ekstrem. Aksi mogok ini berlangsung di tengah merebaknya wabah kolera di negara itu bulan lalu, yang menelan lebih dari 2.100 korban tewas. (Reuters/AFP/ppg)
HARARE -- Zimbabwe akan menerbitkan uang kertas 100 triliun dolar, dalam upaya terbarunya untuk menjaga langkah mengatasi hiperinflasi yang telah membuat perekonomian negara itu compang-camping, media pemerintah mengatakan Jumat.
Uang kertas baru 100.000.000.000.000 Zim-dolar itu akan bernilai sekitar 300 dolar AS atau sekitar Rp3,3 juta berdasarkan nilai tukar Kamis di pasar informal, di mana perdagangan kebanyakan mata uang dilaksanakan, namun nilai mata uang tersebut terkikis secara dramatis setiap hari.
Reserve Bank of Zimbabwe akan menerbitkan tiga uang kertas lainnya dalam denominasi triliun dolar yakni 10, 20, dan 50, kata surat kabar pemerintah Herald.
Langkah tersebut dirancang untuk membuat pekerja dapat menarik seluruh gaji mereka dalam satu kali, kata surat kabar itu.
Padahal baru pekan lalu, bank itu mengeluarkan uang kertas dalam denominasi miliar dolar masing-masing 10, 20 dan 50 dengan tujuan yang sama, namun uang-uang kertas itu tidak lagi cukup untuk menjaga hiperinflasi.
Perkiraan resmi yang lalu menyebutkan inflasi sebesar 231 juta persen pada Juli, namun para pakar di luar kini yakin bahwa angka itu lebih tinggi berkali-kali. ant/afp/is
(Sumber: Kompas dan Republika, Sabtu, 17 Januari 2009)
Harian Herald yang merupakan corong pemerintahan Presiden Robert Mugabe, Jumat (16/1), memberitakan, Bank Sentral Zimbabwe segera mencetak uang bernominal 100 triliun dollar Zim (babwe) atau setara dengan 300 dollar AS (sekitar Rp 330.000) di pasar gelap pada hari Kamis lalu. Nilai dollar Zim praktis merosot drastis hampir setiap harinya.
Selain uang bernominal 100 triliun dollar Zim, Bank Sentral Zimbabwe juga meluncurkan uang kertas bernilai 10, 20, dan 50 triliun dollar Zim. ”Guna menjamin rakyat memiliki akses atas uang mereka dari perbankan, Bank Sentral Zimbabwe akan mengeluarkan sejumlah uang kertas yang secara bertahap masuk dalam peredaran, dimulai dari uang bernominal 10 triliun dollar Zim,” ujar bank sentral seperti dikutip Herald.
Peluncuran uang bernominal triliunan dollar Zim ini hanya berselang sepekan setelah diluncurkan uang bernominal 10, 20, dan 50 miliar dollar Zim. Tujuannya untuk mengakomodasi tingkat inflasi di Zimbabwe yang sangat ekstrem.
Hanya saja, munculnya uang bernominal miliaran dollar Zim ini tetap sulit mengimbangi angka inflasi yang terus meningkat tajam. Perkiraan resmi menyebutkan angka inflasi Zimbabwe mencapai 231 juta persen pada bulan Juli 2008. Namun, para ahli di luar Zimbabwe menegaskan, angka inflasi yang nyata beberapa kali lebih tinggi dari perkiraan resmi tadi.
Mata uang asing
Nilai dollar Zimbabwe terus merosot tajam selama tiga dekade pemerintahan Presiden Mugabe. Saat merdeka dari Inggris tahun 1980, nilai satu dollar Zim setara dengan nilai satu poundsterling.
Dengan nilai mata uang lokal yang terus merosot tajam, setiap pedagang, mulai dari penjual sayur di pinggir jalan hingga penyedia jasa telepon seluler, mematok harga mereka dalam mata uang asing. Hal ini semata guna menghindari kerugian akibat merosotnya nilai dollar Zim hampir setiap harinya.
Bank Sentral Zimbabwe memberikan lisensi bagi sedikitnya 1.000 toko di seluruh negeri itu untuk menjual barang-barang dalam mata uang asing. Langkah ini untuk membantu dunia bisnis di sana agar tidak kesulitan mendapat mata uang asing yang sangat diperlukan untuk mengimpor suku cadang dan berbagai produk asing.
Kehidupan ekonomi dan sosial di Zimbabwe dilaporkan semakin sulit akibat produk-produk yang langka dengan harga yang terus melangit. Harga barang-barang di Zimbabwe sangat mahal dalam ukuran dollar AS, membuat beban kehidupan rakyat di sana semakin mahal dibandingkan dengan negara-negara tetangganya.
Sekitar 80 persen dari 13,4 juta populasi negara itu berada dalam garis kemiskinan. Program Pangan Dunia (WFP) menuturkan, sekitar lima juta orang di negara di belahan selatan Afrika itu sangat bergantung pada bala bantuan pangan.
Zimbabwe semakin terbenam kesulitan saat dokter dan perawat melakukan pemogokan menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi. Gaji mereka semakin tidak berarti dengan tingkat inflasi yang demikian ekstrem. Aksi mogok ini berlangsung di tengah merebaknya wabah kolera di negara itu bulan lalu, yang menelan lebih dari 2.100 korban tewas. (Reuters/AFP/ppg)
*******
HARARE -- Zimbabwe akan menerbitkan uang kertas 100 triliun dolar, dalam upaya terbarunya untuk menjaga langkah mengatasi hiperinflasi yang telah membuat perekonomian negara itu compang-camping, media pemerintah mengatakan Jumat.
Uang kertas baru 100.000.000.000.000 Zim-dolar itu akan bernilai sekitar 300 dolar AS atau sekitar Rp3,3 juta berdasarkan nilai tukar Kamis di pasar informal, di mana perdagangan kebanyakan mata uang dilaksanakan, namun nilai mata uang tersebut terkikis secara dramatis setiap hari.
Reserve Bank of Zimbabwe akan menerbitkan tiga uang kertas lainnya dalam denominasi triliun dolar yakni 10, 20, dan 50, kata surat kabar pemerintah Herald.
Langkah tersebut dirancang untuk membuat pekerja dapat menarik seluruh gaji mereka dalam satu kali, kata surat kabar itu.
Padahal baru pekan lalu, bank itu mengeluarkan uang kertas dalam denominasi miliar dolar masing-masing 10, 20 dan 50 dengan tujuan yang sama, namun uang-uang kertas itu tidak lagi cukup untuk menjaga hiperinflasi.
Perkiraan resmi yang lalu menyebutkan inflasi sebesar 231 juta persen pada Juli, namun para pakar di luar kini yakin bahwa angka itu lebih tinggi berkali-kali. ant/afp/is
(Sumber: Kompas dan Republika, Sabtu, 17 Januari 2009)
good morning my friend, angkutan delman, its top key word for my blog, lets search by google
BalasHapushahaha..lucu ya bawa uang rupiah beli ayam bisa segepok tuh..:]
BalasHapus