Di Desa Tanjungan, Wedi, Klaten ditemukan sejumlah mata uang perunggu yang memerlukan tindakan konservasi. Tindakan konservasi yang dilakukan meliputi pembersihan, pengukuran, dan analisis jenis bahan. Jumlah mata uang yang dikonservasi sebanyak 50 buah.
Ukuran rata-rata mata uang tersebut sebagai berikut :
- Diameter luar : 2,4 cm
- Diameter dalam : 0,6 cm
- Tebal : 0,1 cm
- Berat sebelum dikonservasi : 3,8309 gram
- Berat setelah dikonservasi : 3,7176 gram
Mata uang diperkirakaan terbuat dari perunggu dan jenis korosinya dominan berwarna hijau. Kondisi uang bagian luar diliputi oleh kerak yang sangat tebal dan keras. Kerak tersebut pada lapisan terluar berwarna hitam yang merupakan tanah yang mengeras. Sedangkan lapisan kedua berwarna hijau yang merupakan tembaga (I) oksida yaitu cuprite. Pada lapisan paling bawah ditemukan indikasi adanya bronze disease yang ditandai dengan kristal hijau pucat berbentuk bubuk. Bronze disease merupakan pelapukan yang sangat destruktif karena tidak hanya merusak patina tapi juga merusak logam hingga dapat menimbulkan lubang. Bronze disease disebabkan korosi karena klorida dan lingkungan yang banyak mengandung air dan oksigen.
Tindakan konservasi diawali dengan pembersihan secara manual menggunakan scalple dengan hati-hati. Kemudian dilanjutkan dengan pelunakan kerak korosi menggunakan alkali gliserol. Kapas diolesi alkali gliserol kemudian dioleskan ke objek secara berulang-ulang hingga kapas berubah warna menjadi biru. Perlakuan tersebut diulang hingga kapas tidak berwarna biru lagi.
Setelah proses pembersihan selesai dilanjutkan dengan pengaplikasian larutan Benzotriazole (BTA) 5% yang dilarutkan dalam alkohol untuk menstabilkan reaksi yang terjadi. Mekanisme kerja BTA adalah molekul BTA diabsorbsi molekul klorida sehingga klorida berhenti bereaksi dan logam tembaga dapat terlindungi dari korosi lebih lanjut. Pengaplikasiannya dengan cara objek direndam dalam BTA dengan waktu kontak selama 24 jam. Kemudian objek dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Selanjutnya objek dibersihkan menggunakan alkohol. Setelah kering kemudian di-coating menggunakan PVA 1% yang berfungsi untuk melindungi permukaan objek.
Analisa bahan penyusun logam dilakukan terhadap tembaga dan timbal sesuai dengan ketersediaan bahan kimia yang ada. Analisa kandungan tembaga (Cu2+) dilakukan dengan tes menggunakan potasium ferrocyanide (K2Fe(CN)6). Ternyata timbul endapan coklat berupa Cu2Fe(CN)6, jadi mata uang tersebut mengandung tembaga. Analisa kandungan timbal (Pb2+) dilakukan dengan tes menggunakan kalium yodida (KI). Timbul endapan kering berupa PbI2, hal ini menandakan bahwa uang logam tersebut mengandung timbal (timah hitam). Mata uang terbuat dari perunggu karena komposisi utama perunggu adalah tembaga dan timah.
(BP3 Jawa Tengah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar