Koin memerlukan perawatan. Tanpa perawatan yang tepat, keadaan beberapa spesimen akan menjadi rusak. Apalagi koin-koin yang sudah berusia tua. Sudah tentu nilai koin demikian akan menjadi berkurang. Dengan memberikan sedikit perhatian, maka keadaan dan nilai sebuah koin akan tetap bertahan.
Kurang diketahui sepenuhnya bagaimana cara memperhalus logam yang akan dipergunakan dalam pembuatan koin. Biasanya logam terdapat di dalam kerak bumi berupa campuran yang kompleks, tetapi tidak berubah (stable). Setelah dilakukan penggalian, bijih-bijih logam dipisah-pisahkan dan menghasilkan kurang lebih berupa logam murni. Sering juga logam-logam yang berlainan dicampur untuk memadukan atau mengombinasikan sifat-sifat logamnya dan dibuat suatu campuran untuk dijadikan bahan dalam pembuatan koin.
Ditinjau dari sudut pandangan para numismatis, beberapa jenis logam yang memenuhi syarat (sesuai) untuk pembuatan koin, bijih logamnya harus baru diambil dari tempat penggalian atau penambangannya. Mereka yang sering menangani atau memiliki sejumlah perak, pasti mengetahui bagaimana pekerjaan membersihkan menjadi suatu keharusan atau kewajiban yang tidak boleh diabaikan.
Sebagai contoh, pada waktu kita mengganti sekering listrik, akan tampak kabel-kabel halus terbuat dari tembaga yang terbungkus. Pada sambungannya terlihat memudar. Ini menandakan mulai rusak. Pada kedua kasus di atas permukaan logam murni yang tidak dilapisi akan bereaksi dengan unsur-unsur pokok dari atmosfir, membentuk campuran logam yang lebih bersifat tetap (tak berubah).
Reaksi yang paling sederhana ialah bahwa apabila logam dikombinasikan dengan oksigen atsmosfir akan membentuk oksida (metallic oxide). Semuanya ini hampir menyerupai zat-zat yang selalu berwarna pudar, yang pada akhirnya menjadikan permukaan koin menjadi rusak kilauannya. Logamnya dapat juga bercampur dengan uap di atmosfir, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, asam encer, dan unsur-unsur pokok yang terdapat di atmofir.
Barang siapa yang mengumpulkan koin dan tinggal di daerah perindustrian, akan dihadapkan pada problem-problem khusus yang disebabkan oleh keadaan dan pengaruh setempat dan sekitarnya. Beberapa waktu kemudian keadaan ini dapat disetujui oleh para numismatis. Pada akhirnya, lapisan luar pada campuran logam akan terbentuk di permukaannya dan bertindak sebagai penahan terhadap kejadian-kejadian dan pengaruh luar selanjutnya.
Pengaruhnya dapat menyenangkan dan menarik. Bahkan “patina”, sebutan yang sering digunakan untuk koin tembaga, dapat menaikkan nilai suatu koin. Bagaimanapun, diperlukan waktu bertahun-tahun untuk eksperimen. Kita harapkan adanya saran yang berguna untuk mengetahui formasi atau bentuk “patina” koleksi seseorang. Pada kepingan-kepingan yang terbuat dari perak, pengaruh yang sama sering disebut “toning”.
Kilauan
Oleh karena pada umumnya kolektor merasa beruntung memperoleh spesimen yang dicetak berkilauan, perawatan menjadi sangat penting artinya. Perawatan merupakan tindakan yang harus dilakukan sejak awal pemilihan. Proses pencetakan uang melibatkan banyak mesin berat dan sering juga menggunakan tenaga manusia. Oleh karena itu sesampai di tangan kolektor, koin tersebut telah membawa bibit-bibit perusak kilauan uang.
Setelah dipelajari, koin tersebut ternyata harus dicelupkan ke dalam bahan bakar untuk pembuatan korek api. Bahan tersebut dipercaya akan melarutkan minyak dan lemak yang berasal dari pabrik pencetakan. Termasuk juga kotoran-kotoran yang menempel, yang terjadi pada saat-saat sirkulasi.
Bahan bakar untuk korek api adalah cairan yang paling tepat, tetapi kemungkinan terjadinya kebakaran sangat tinggi. Karena itu tidak boleh dipergunakan di dalam ruangan tertutup. Kesulitan-kesulitan yang sebenarnya baru timbul setelah perawatan awal ini. Soalnya adalah untuk selanjutnya permukaan logam sangat dipengaruhi oleh perubahan atmosfir.
Pada dasarnya terdapat dua pilihan. Pertama, logam dapat dilapisi untuk melindungi lapisan luar koin dari atmosfir atau yang terdapat di atmosfir. Kedua, pelapisan koin dapat menggunakan pernis (lacquer), terutama pada spesimen tembaga. Cara kedua merupakan suatu teknik yang berhasil dipergunakan di beberapa museum besar di Inggris.
(Sumber: Buletin PPKMU, Februari 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar