Koleksi pribadi
Berbeda dengan prangko, mata uang tidak diterbitkan setiap tahun. Karena itu para kolektor merasa kesulitan untuk menambah perbendaharaan koleksi mereka. Mau tidak mau mereka harus mencari koleksi yang lebih lama. Namun harganya kadang sulit terjangkau kantong.
Untuk itu kemudian para kolektor mencari kiat. Di AS yang dunia numismatiknya sudah lebih maju daripada di sini, para kolektor sering kali memburu uang-uang kertas yang mempunyai angka menarik, misalnya deretan angka yang berurutan, deretan angka yang sama, dan deretan angka awal.
Teknik itu kemudian ditiru oleh numismatis Indonesia. Maka dimulailah perburuan. Caranya adalah dengan menukar uang baru dalam bentuk gepokan kepada pihak bank. Siapa tahu ada angka yang menarik, bukan?
Teorinya memang begitu, namun dalam prakteknya kita sulit mendapatkan koleksi yang bernomor istimewa. Bisa jadi pihak bank sudah mengetahui hal ini sehingga menyimpannya dan sedapat mungkin menjualnya dengan harga lebih tinggi.
Saya juga dulu gemar menukar uang di bank. Kebetulan kantor saya bersebelahan dengan bank. Bertahun-tahun melakukan upaya, hanya beberapa kali menemukan nomor yang menarik.
Kalau Anda melihat nomor istimewa 000001, itu bukan didapat dari bank. Saya membelinya dalam acara lelang tahun 1993 seharga Rp 10.000. Bayangkan uang bernominal Rp 100 dijual 100 kali lipatnya. Ya, buat iseng-iseng saja.
Untungnya, upaya menukar di bank tidak bernasib jelek-jelek amat. Saya mendapatkan nomor yang berurutan ke atas, yakni 234567. Ya lumayan, untuk memperoleh variasi koleksi. Saya juga mendapatkan nomor 117711. Saya pikir ini nomor istimewa juga karena dibaca dari depan dan belakang, hasilnya tetap sama.
Belakangan hari lagi saya memperoleh nomor 300000 dari nominal Rp 1000 emisi 1992. Setelah itu selama bertahun-tahun tidak pernah mendapatkan lagi nomor istimewa. Hanya bulan Oktober 2008 lalu, saya mendapatkan uang yang tidak sempurna pemotongannya. Silakan lihat di gambar.
Nah, untuk numismatis pemula, perlu diperhatikan bahwa uang cacad, seperti salah potong, tinta amburadul, hanya tercetak pada satu muka, dsb bukanlah tidak berarti. Buat orang awam yang tidak mengerti, memang tidak ada artinya. Tapi buat numismatis, ya untuk memperkaya wawasan.
Seperti uang Rp 5000 yang cacad itu, saya peroleh dari pembantu saya. Dia merencanakan ingin membelanjakan uang itu dengan cara melipat-lipatnya. Jelas, untuk menutupi kecacadan uang itu. Mana mau sih pedagang menerima uang tidak sempurna?
Terus terang, sejak dulu saya pernah menerima beberapa uang yang tidak layak. Entah disengaja atau tidak disengaja oleh si pedagang. Misalnya koin Diponegoro (mirip dengan koin Rp 25), koin Hongkong (mirip koin Rp 100), dsb. Koin-koin tersebut sampai sekarang masih ada dan menjadi bagian dari koleksi saya.
Nah, sudah dulu ceritanya. Silakan berkoleksi.
Untuk itu kemudian para kolektor mencari kiat. Di AS yang dunia numismatiknya sudah lebih maju daripada di sini, para kolektor sering kali memburu uang-uang kertas yang mempunyai angka menarik, misalnya deretan angka yang berurutan, deretan angka yang sama, dan deretan angka awal.
Teknik itu kemudian ditiru oleh numismatis Indonesia. Maka dimulailah perburuan. Caranya adalah dengan menukar uang baru dalam bentuk gepokan kepada pihak bank. Siapa tahu ada angka yang menarik, bukan?
Teorinya memang begitu, namun dalam prakteknya kita sulit mendapatkan koleksi yang bernomor istimewa. Bisa jadi pihak bank sudah mengetahui hal ini sehingga menyimpannya dan sedapat mungkin menjualnya dengan harga lebih tinggi.
Saya juga dulu gemar menukar uang di bank. Kebetulan kantor saya bersebelahan dengan bank. Bertahun-tahun melakukan upaya, hanya beberapa kali menemukan nomor yang menarik.
Kalau Anda melihat nomor istimewa 000001, itu bukan didapat dari bank. Saya membelinya dalam acara lelang tahun 1993 seharga Rp 10.000. Bayangkan uang bernominal Rp 100 dijual 100 kali lipatnya. Ya, buat iseng-iseng saja.
Untungnya, upaya menukar di bank tidak bernasib jelek-jelek amat. Saya mendapatkan nomor yang berurutan ke atas, yakni 234567. Ya lumayan, untuk memperoleh variasi koleksi. Saya juga mendapatkan nomor 117711. Saya pikir ini nomor istimewa juga karena dibaca dari depan dan belakang, hasilnya tetap sama.
Belakangan hari lagi saya memperoleh nomor 300000 dari nominal Rp 1000 emisi 1992. Setelah itu selama bertahun-tahun tidak pernah mendapatkan lagi nomor istimewa. Hanya bulan Oktober 2008 lalu, saya mendapatkan uang yang tidak sempurna pemotongannya. Silakan lihat di gambar.
Nah, untuk numismatis pemula, perlu diperhatikan bahwa uang cacad, seperti salah potong, tinta amburadul, hanya tercetak pada satu muka, dsb bukanlah tidak berarti. Buat orang awam yang tidak mengerti, memang tidak ada artinya. Tapi buat numismatis, ya untuk memperkaya wawasan.
Seperti uang Rp 5000 yang cacad itu, saya peroleh dari pembantu saya. Dia merencanakan ingin membelanjakan uang itu dengan cara melipat-lipatnya. Jelas, untuk menutupi kecacadan uang itu. Mana mau sih pedagang menerima uang tidak sempurna?
Terus terang, sejak dulu saya pernah menerima beberapa uang yang tidak layak. Entah disengaja atau tidak disengaja oleh si pedagang. Misalnya koin Diponegoro (mirip dengan koin Rp 25), koin Hongkong (mirip koin Rp 100), dsb. Koin-koin tersebut sampai sekarang masih ada dan menjadi bagian dari koleksi saya.
Nah, sudah dulu ceritanya. Silakan berkoleksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar